Senin, 29 Juli 2013

CID II: Peristiwa Akbar Yang Minim Publikasi (I)


Pulang kampung atau mudik adalah satu dari beragam tradisi orang Indonesia di saat merayakan hari raya, terutama hari-hari besar keagamaan. Karena secara statistik kebanyakan orang Indonesia adalah muslim, ada dua hari raya yang biasa menjadi agenda penting masyarakat yaitu Idul Fitri atau Lebaran dan Idul Adha yang popular disebut Besar atau hari raya qurban. Dari keduanya, kecenderungan umum melakukan perjalanan pulang kampung adalah di kala Idul Fitri.

Tradisi Lebaran selalu menarik perhatian karena melibatkan banyak sekali pihak dan perputaran uang yang dapat mencapai nilai triliunan rupiah. Dari soal sarana dan prasarana transportasi, keamanan lingkungan, para pengusaha yang menyiapkan Tunjangan Hari Raya, pedagang asongan, keluarga di kampung sampai pemerintah daerah yang menjadi tujuan para pemudik dan banyak pihak lainnya punya peran masing-masing. Pada umumnya, semua pihak tersebut menyambut peristiwa ini dengan suka cita.

Tahun 2013 ini, peristiwa mudik nasional ada yang cukup istimewa. Yakni kedatangan atau mungkin juga kepulangan sejumlah orang perantau Indonesia dari berbagai negara di seluruh penjuru dunia ke kampung halaman, Indonesia Raya. Mereka adalah para diaspora. Orang-orang yang memiliki keterikatan batin dengan budaya dan kehidupan di kampung halaman. Sekitar 2.000 orang dari 8 – 10 juta orang diaspora Indonesia akan mengikuti satu acara yang diberi nama “Pulang Kampung” untuk menamai Kongres II Diaspora Indonesia (2nd  Congress of Indonesia Diaspora atau CID) di Jakarta Convention Center, 18 – 20 Agustus 2013.  Penamaan yang sangat tepat dengan suasana keindonesiaan saat itu. Yakni musim mudik massal Idul Fitri 1434H dan di tengah perayaan umum Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke 68.

Menurut penuturan President of Diaspora Indonesia, Mohammad Al-Arif, Diaspora Indonesia memiliki tiga kategori. Mereka adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang bertempat tinggal di negara lain, WNI yang telah menjadi Warga Negara Asing (WNA), dan warga negara asing tetapi memiliki afinitas untuk Indonesia. Selanjutnya ditambahkan pula bahwa ada lima pilar dalam organisasi yang dipimpinnya, Indonesia Diaspora Network (Jejaring Diaspora Indonesia) atau IDN yang disepakati peserta CID I di Los Angeles, Amerika Serikat Juli 2012. Yaitu sektor bisnis dan investasi, kegiatan sosial, pertukaran pelajar, advokasi kebijakan dan  jejaring profesi (profesional networking). Entah sebagai satu kesadaran atau suatu kebetulan, lima pilar tersebut menyerupai dasar negara Republik Indonesia, Pancasila.

Besarnya potensi, perhatian dan kesadaran yang dimiliki para diaspora Indonesia itu tidak serta merta mendapat sambutan positif di tanah air. Hal ini dapat dicermati dari sedikitnya publikasi acara yang seolah tertelan kemeriahan tradisi mudik lokal yang setiap tahun selalu dilirik dan menjadi perhatian penting media massa. Sampai saat tulisan ini dibuat, belum nampak adanya iklan dan bentuk-bentuk publikasi akbar yang menunjukkan betapa besar dan pentingnya CID II itu. Hanya publikasi internal di situs :  diaspora indonesia dan Kementrian Luar Negeri RI di sini yang telah memasangnya. Jika ada media massa nasional yang mengangkat berita seputar acara Pulang Kampung ini, sifatnya publikasi biasa dan berkesan dikemas seadanya.


Minimnya sambutan publik atas peristiwa yang sangat bersejarah di tengah kemerosotan derajat kepercayaan masyarakat terhadap organisasi-organisasi formal, IDN dengan CID II-nya adalah satu peluang besar, kalau tidak dapat disebut raksasa di awal abad 21. Sebagai gambaran kecil, ketika sebagian besar diaspora Indonesia di Amerika Serikat (AS) rata-rata memiliki pendapatan/kapita/tahun sebesar US$ 59,000 ; Income/Capita penduduk AS tercatat pada tingkat US$ 45,000. Sementara itu, Menko Ekuin, Hatta Radjasa menyebut angka US$ 4,000 untuk pendapatan per kapita Indonesia di tahun 2013.
  

0 komentar:

Posting Komentar