Sabtu, 08 Maret 2014

Mengapa Mendikbud Dipetisi Om Jay ?

Ilustrasi: googling.

Wijaya Kusumah yang akrab di panggil Om Jay adalah seorang guru TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) SMP Labschool Jakarta (UNJ). Bagi Kompasianer, sebutan penulis di media warga kompasiana.com , dan blogger namanya cukup dikenal.  Bahkan kompasianer ini mendapat  penghargaan khusus sebagai Guru Paling Ngeblog 2012. Beliau memang pantas menerimanya karena sangat produktif dalam hal tulis menulis di blog baik di Kompasiana maupun di blog pribadinya. Isi tulisan beragam, sebagian besar berkait dengan profesinya selaku guru TIK. Gaya bahasa dalam setiap tulisannya mencerminkan kematangan pribadi yang lugas, santun dan rendah hati.

Meski secara pribadi hanya mengenal lewat dunia virtual, dalam beberapa tulisan terakhir, Om Jay banyak menyorot tentang Kurikulum 2013 yang konon sangat dibanggakan oleh Kemendikbud sebagai upaya membangun generasi emas Indonesia. Sejak awal bergulirnya isu tentang rencana pemberlakuan Kurikulum 2013, saya tidak tertarik untuk mendalami. Dalam hati, kurikulum yang diluncurkan di akhir masa jabatan Presiden yang mengangkat para menterinya berkesan tak lebih dari sekadar proyek. Pengalaman di masa lalu memang menunjukkan bahwa setiap ganti menteri tentu akan diikuti dengan ganti kebijakan. Dan kurikulum adalah wewenang kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Sesuai judul tulisan, Om Jay Mempetisi Mendikbud, dalam kegerahan yang teramat sangat, Om Jay masih berusaha menutup segala gelisah dengan penjelasan cukup rinci. Meski memakai istilah yang tak lazim dalam dunia pendidikan yakni "dibunuh" dan "membunuh", tapi nada sangat tinggi nampak pada perumpamaan atau pembandingnya. Kutipan perbandingan itu sangat panjang :

... ketika guru bahasa Indonesia memberi tugas kepada siswa untuk membuat laporan deskriptif, disamping mengajarkan teori/materinya tentang bentuk – bentuk laporan deskriptif, guru juga harus mengajarkan bagaimana cara mengetik dan membuat laporan tersebut di komputer. Inilah yang disebut integratif. Sekarang bagaimana kalau logikanya dibalik, Guru TIK mengajarkan anak-anak cara mengetik di Pengolah Kata (Word misalnya) dan sebagai bahannya bisa berupa laporan deskriptif yang dicari siswa di internet. Singkat kata pelajaran bahasa Indonesia secara keilmuan juga tidak diperlukan lagi.

Perbandingan yang masuk akal dan sangat tepat untuk melemahkan argumentasi yang dipakai untuk meniadakan mata pelajaran TIK/KKPI pada Kurikulum 2013 yang berkesan mengada-ada atau sangat mengambang. Coba dibandingkan lagi dengan tulisan Harris Iskandar selaku Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud dan ekonom Faisal Basri. Apalagi jika ditambah dengan hasil kajian UNDP menurut Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Maka, TIK berperan penting dalam hal mengisi kemampuan manusia Indonesia dalam memecahkan masalah. 

Banyak bukti yang ada di lapangan menunjukkan dengan gamblang bahwa kemampuan TIK manusia dewasa di Indonesia relatif rendah. Komputer dengan segala fasilitasnya acapkali tak lebih sebagai alat ca-lis-tung (baca, tulis dan hitung). Bahkan tak terlalu sulit untuk menemukan fakta bahwa komputer sama dengan gudang lagu, permainan dan film/ video. Dan internet adalah wahana pemuas kebutuhan bersosialisasi melalui beragam media sosial. Jarang sekali yang memanfaatkan komputer sebagai alat analisis untuk menguatkan kemampuan diri dalam mengambil keputusan (problem solving skill). 

Dari tulisan Harris Iskandar saja kita dapat menangkap sinyal yang sangat kuat tentang lemahnya faktor institusional di  Kemendikbud. Apalagi di dinas dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Selain itu, berbekal pengalaman mengelola warung internet (warnet) dan sebagai operator data di sebuah SMA swasta, saya sering menemukan fakta sebagaimana dipaparkan dalam berbagai tulisan Om Jay tentang pentingnya mata pelajaran TIK. Karena itu, sangat wajar seorang Wijaya Kusumah dengan pengalaman dan kemampuan yang mumpuni di bidang TIK mengajukan petisi kepada Mendikbud selaku penanggung jawab utama pengorganisasian Kurikulum 2013. Soal efektif atau tidak itu urusan belakang. 

3 komentar:

  1. TIK adalah mata pelajaran penting yg harus diajarkan kepada peserta didik, namaun sayangnya hal ini tdk dipahami oleh pejabat kemdikbud. mereka beranggapan TIK sebagai alat bantu pembelajaran sehingga semua matpel terintegrasi dengan TIK.

    Kami sudah membuat surat resmi melalui agtikknas untuk berdialog dengan pak Nuh, namun beliau belum bisa menerima kita. Oleh karena itu petisi kita buat untuk melihat respon masyarakat tentang kebijakan ini.

    Semoga matpel TIK dan KKPI kembali lagi dalam struktur kurikulum dan tdk digantikan oleh prakarya.

    salam
    Omjay

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas penjelasan Om Jay. Semoga ihtiar teman2 AGTTIKNAS dapat diwujudkan. Masih banyak anak Indonesia yang membutuhkan materi pelajaran TIK/ KKPI. Dan lebih banyak lagi yang memerlukan bimbingan guru untuk bekal hidup di masa depan. Sehat dan sukses selalu Om Jay.

    BalasHapus