Minggu, 18 Agustus 2013

Merdeka Untuk Siapa ? Bagian II

Foto: copas Musytarif Muhammad - Rekawan PMI Tulungagung


Hari ini..
semua berharap
Akan ada yang lebih baik dari
Satu baris kecewa
yang terombang ambing
putus asa..
Karena manusia tlah
berpisah dari sikap adil

Beberapa twips yang masuk twitter saya jelang peringatan Proklamasi Kemerdekaan  ke 68 tahun 2013 ini berisi pandangan pribadi-pribadi tentang keadaan aktual bangsa Indonesia. Satu diantaranya dari Pro.Moh. Mahfud MD yang isinya : Untuk apa merdeka ?Agar perikemanusiaan dan perikeadilan bisa kita nikmati. Kalau masih banyak pelanggaran HAM dan ketidakadilan, berarti belum merdeka.  Ada pula yang berekpresi : Anak bangsa semestinya berbakti kpd Ibu Pertiwi, bukan mendurhakainya. Dirgahayu negeriku! (Bang Tom). INDONESIA MERDEKA!!! RAKYATX BEBAS MERDEKA MENJAJAH BANGSA SENDIRI!!!HOREEE (Laila Febriantie). Merdeka juga dari pemilik media yang jadi politisi dan paksa rakyat nonton iklan tak bemutu. 68 tahun, cukuplah kita berada dalam bayang bayang dan ilusi kemerdekaan. Rakyat Indonesia sudah lelah berhayal sejahtera. Adil, makmur, dan sentosa itu cuma syair lagu yang tak pernah bisa menjadi nyata. (Rommy Rsy).
*****

Tentara Pelajar adalah satu kesatuan (laskar) perjuangan kemerdekaan yang dibentuk dan diselenggarkan oleh para pelajar/ mahasiswa secara sadar dan sukarela atas nasib bangsa yang tengah dijajah kembali oleh bangsa asing (Belanda dan sekutu) setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Pertama kali memakai nama Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) Bagian Pertahanan sebagai tindak lanjut Kongres Pelajar II Juli 1946 di Sitihinggil, Kompleks Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Anggotanya  adalah para pelajar sekolah menengah setingkat SMP dan SMA. Sebagian diantaranya mendapat pelatihan kemiliteran dari para senior yang ada di Peta, Heiho dan laskar perjuangan lain. Tapi ada kuga yang dikirim sebagai wakil sekolah untuk mendapat pelatihan dasar kemiliteran dan kepalangmerahan di Militaire Academie (MA) Kotabaru Yogyakarta. Beberapa cerita ada di sini

Pak Ign. Somadi, mantan TP dan pensiunan guru
Pak Sidik Demak, mantan TP yang terlantar


Sidik yang merupakan mantan pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Tentara Pelajar, memasuki sembilan puluh tahun lebih. Warga Desa Brumbung, Kecamatan Mranggen, ini telah pikun dan sering keluar rumah sendirian, tak jarang ia juga membawa senjata tajam sehingga membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Kakek belasan cucu dan lima anak ini juga sulit diajak berkomunikasi, selain fungsi pendengarannya telah berkurang, kenangan masa perjuangan begitu lekat di ingatannya. Hampir semua jenis pertanyaan selalu dijawab dengan cerita kegigihan para pejuang untuk memperebutkan kemerdekaan.

Pertempuran lima hari di Semarang merupakan peristiwa yang paling diingat, karena banyak rekan-rekan seperjuangannya yang gugur, beruntung saat itu ia bersama sejumlah pejuang lainnya berhasil selamat setelah mundur sementara dari medan perang. Baca juga mengenang perjalanan Sie Rusmin masuk kota Semarang(pen).Meski telah mempertaruhkan nyawanya untuk mengusir penjajah, tak serta merta ia mendapatkan penghidupan yang layak setelah kemerdekaan, tak mudah baginya untuk mendapatkan gaji pensiun veteran.

Surat keputusan Departemen Pertahanan tentang gelar kehormatan pejuang yang diperoleh pada tahun 1951 juga tidak lantas membuatnya langsung mendapatkan gaji pensiun veteran, baru sekitar 17 tahun terakhir ia mendapatkan tunjangan hari tua untuk para pejuang, itupun melalui proses berbelit yang sangat lama dan menelan biaya besar. Bahkan rumah dan sawah telah dijual untuk mengurus dana pensiun tersebut. Kisah pilu mantan pejuang kemerdekaandi Demak
Contoh Form Pendaftaran Veteran berdasar Skep Menhan 1951

Banyak cerita serupa yang dialami oleh para pejuang kemerdekaan Bangsa Indonesia. Meski Bung Karno menyatakan jargon jas merahjangan (pernah) melupakan sejarah. Tapi cerita pilu Pak Sidik dan yang lain seolah tiada pernah ada upaya serius dari pemerintah baik melalui dinas sosial dan khususnya Kantor Administrasi Veteran (Kaminvet) yang ada di Kabupaten/Kota. Kasus penelantaran dan penghilangan administrasi di Kaminvet sudah sering terjadi entah disengaja atau tidak. Bahkan kejadiannya menimpa orang yang mendirikan dan aktif dalam Batalyon Veteran dan Demobilisan (Yonved) sebagai cikal bakal LVRI (Legiun Veteran RI).

Kisah-kisah: Mantan pejuang hidup tak layak di hutan ; Catatan pilu kemerdekaan di mata mantan para veteran atau Kami Sekarang Hidup Susah adalah bagian kecil dari ketidakmampuan pemerintah mengelola administrasi negara. Banyak yang asli pejuang ditelantarkan, tapi yang aspal (asli sertifikat, palsu perbuatan) atau benar-benar palsu (karena punya sertifikat asli, tapi tak pernah dikenal di lingkungan komunitas yang jadi bahan cerita untuk kesaksian dalam kisah perjuangannya) justru mendapat tempat terhormat.

Membedakan pejuang asli, aspal atau palsu sebenarnya cukup mudah. Yang asli senantiasan menjaga sikap mandiri (merdeka) secara ekonomi, sosial maupun politik. Dan tak pernah mau dibelas-kasihani. Sementara itu, yang aspal dan palsu mudah dikenali dari kebiasaannya mengumbar cerita dari suatu peristiwa yang tak pernah dialami serta menyukai formalitas yang atributif.

0 komentar:

Posting Komentar