Kamis, 08 Agustus 2013

Relawan Kemanusiaan dan Lainnya (II) - Relawan PMI Berdedikasi


Berita tewasnya seorang relawan PMI yang tengah menjalankan tugas kemanusiaan di daerah konflik, Papua, akhir Juli 2013 yang lalu diangkat dalam beragam versi. Ketika dilansir pertama kali oleh media lokal Bintang Papua disebutkan bahwa menurut penuturan Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Papua, Drs.Johanis Safkaur, M.M., mengatakan, 3 tenaga medis yang tertembak di Puncak Senyum, Kabupaten Puncak Jaya adalah anggota Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Papua Wilayah Puncak Jaya. Hal ini dikuatkan oleh Sekretaris Jendral PMI Pusat, Budi Adiputro, yang mengutuk keras tindakan yang dinilai melanggar Konvensi Jenewa 1864 dan 1949 tersebut saat melakukan pertemuan terbatas dengan Polri dan TNI. Sementara itu, dalam hal penyebutan nama, ada yang menyebut nama Erik Yoman sebagaimana dilansir Kompas.com  atau Eri Wonda versi Tempo.co  dan  news.okezone.com . 

Ketidakjelasan pemberitaan di atas nampaknya menguatkan asumsi yang berkembang di lingkungan PMI, khususnya para relawan yang mengawal perjalanan pembahasan RUU Lambang Palang Merah yang berlangsung lebih dari 7 tahun (2005 - 2012) kemudian berganti nama menjadi RUU Kepalangmerahan (2012 - 27 Juni 2013) memang tidak dilakukan dengan bersungguh-sungguh baik oleh DPR selaku pengusul maupun Pemerintah RI  sebagaimana dijelaskan oleh Ketua DPR RI-Dr. Mazuki Alie . Ada yang berseloroh, karena menyangkut kepentingan PMI yang nota benernya adalah "tak beruang" maka proses pembahasannya seihlasnya alias kalau ada sisa waktu. Tapi ada juga yang menyikapi suasana ini sebagai bentuk hilangnya kepekaan nurani kemanusiaan para anggota Dewan yang akan menjadi lebih terhormat jika mereka memiliki dan menggunakannya untuk melihat dampak penundaan itu.

Relawan PMI yang menangkap gelagat buruk ini kemudian berupaya mencari tahu sebab-sebab teknisnya dari PMI Pusat. Di sisi lain, ada sebagian relawan melakukan analisis politik terutama untuk mengetahui penyempitan arus isu melalui kajian berita media massa dan khususnya media sosial. Kenapa media sosial semacam Facebook, Twitter, Blog dan lain-lain menjadi perhatian utama? Setiap kali relawan PMI yang tengah melakukan kajian politik ini, semakin banyak ditemukan fakta bahwa pihak atau partai politik yang tidak suka lambang palang merah dan PMI sedang gencar memanfaatkan media sosial untuk menggiring opini publik dalam proses pencitraan dirinya sebagai partai politik papan atas. Bahkan dengan cara-cara yang sangat bertentangan dengan hakikat nilai yang mereka usung sebagai bahan dasar kampanye pada proses pencitraan itu. Gusti Allah boten sare ! Allah itu Maha Adil dan Kuasa atas segala sesuai di alam semesta.

Munculnya kasus impor daging sapi yang menyeret presiden Partai Keadilan Sejahtera, Lutfi Hasan Ishak sebagai bagian dari pelaku tindak pindana korupsi yang disangkakan kepada Achmad Fatonah yang kemudian diketahui publik sebagai playboy tetap dibela dengan beragam cara melalui media sosial dengan intensitas sangat luar biasa. Ada yang memakai identitas terang, tapi sebagian besar tanpa nama atau memakai nama lain (nickname). Satu diantaranya nampak pada tulisan saya si centil yang suka menohok. Dan juga yang masih ringan  menyoal lambang PMI . Terakhir muncul hal serupa di grup facebook TKRNasional yang kebanyakan anggotanya adalah Relawan PMI ketika ada debat sengit pengguna akun Moh. Kafrawi yang memakai foto profil anggota Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus) dan saya menanggapi kiriman dan tanggapan dua pemilik akun yang saya kenal dekat pribadinya. Inilah satu kecil bukti perbedaan mendasar integritas dan dedikasi  Relawan PMI dan relawan politik atau yang lainnya. 
Satu acara sersan di sela TKN V 2013
Orientasi politik Relawan PMI adalah pengamalan ilmu pengetahuan, sedangkan relawan politik pada figur politisi atau partai politik tertentu. Sementara itu, dedikasi Relawan PMI adalah pada tujuan visi kemanusiaan universal yang sebenarnya merupakan pengeja-wantahan dari ajaran dan tujuan Islam yang memberi kebaikan bagi seluruh umat manusia dan alam semesta (rahmatan lil 'alamin) ini. Dan ini juga yang menjadi roh  Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Relawan PMI yang berdedikasi menjaga roh tersebut dengan segenap jiwa dan raga.

H. Tutur Priyanto, Charles Taroreh, Dadi Kusmayadi dan Heri Yoman alias Eri Yoman atau siapapun nama asli para Relawan PMI yang gugur saat menjalankan tugas kemanusiaan di Puncak Jaya, Papua akhir Juli 2013 adalah catatan sejarah bagi PMI dan Bangsa Indonesia. Juga sejumlah korban perang kemerdekaan yang diberi tanda khusus (prasasti) di Malang. Boleh jadi ada nama dan peristiwa lain yang terlewatkan dalam catatan sejarah. Meski organisasi PMI diguncang dari luar melalui banyak hal, khususnya proses politik sektarian pembahasan RUU Kepalangmerahan dan kepicikan sejumlah orang yang mendapat amanah menjalankan organisasi PMI di berbagai tingkatan, di manapun dan dalam kesempatan apapun, Relawan PMI yang berdedikasi tinggi pada tujuan, misi dan visi Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah akan tetap dan selalu ada. Inilah yang membedakan kadar dedikasi Relawan PMI dengan relawan lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar