Satu kekuatan utama Palang Merah
Indonesia (PMI) ada di dalam kapasitas relawannya. Selaku manusia dewasa dan
normal, relawan PMI yang bergabung dalam Korps Sukarela (KSR) maupun Tenaga
Suka Rela (TSR) mereka memiliki keinginan hidup wajar secara sosial dan
ekonomi. Jika ia atau mereka akan melakukan peran kerelawanan agar tetap
optimal maka faktor kecukupan atas kebutuhan ekonomi harus dipastikan lebih
dulu. Apalagi bagi relawan yang telah berkeluarga.
Memang ada asumsi atau jargon
yang menyebut "relawan
(PMI) tak pernah takut mati, tapi takut kelaparan". Asumsi yang wajar bagi
pekerja kemanusiaan di lapangan yang senantiasa berhadapan dengan aneka suasana
ekspresif dan impulsif (penderitaan, kesedihan, putus asa dan sebagainya).
Karena itu, selain perlu kesiapan teknis dan mental, relawan PMI juga manusia
biasa yang membutuhkan rasa aman dan nyaman. Selain aman dari rasa takut
kelaparan, juga gelisah atas kelangsungan hidup anggota keluarganya. Bagaimana
mungkin dapat bekerja optimal jika bayang-bayang gelisah tadi terus
menggelantung ?
Untuk menjaga misi sosial
organisasi PMI yang harus mengantar jasa kemanusiaan tanpa membedakan korban
secara mandiri, netral dan sukarela di seluruh penjuru negeri dan dunia
internasional, relawan PMI dibekali berbagai pengetahuan dan ketrampilan hidup (life
skill) di lapangan. Tetapi, untuk memelihara kehidupan
pribadi sebagai mahluk hidup dan sosial, PMI tidak secara khusus memberi bekal
tersebut. Ketimpangan inilah yang coba diantisipasi oleh para relawan senior dengan
beragam upaya pemberdayaan ekonomi secara mandiri di luar aktivitas utama
ketika bertugas sebagai relawan. Ada yang membuka usaha (bisnis) penyediaan
alat-alat pertolongan pertama, asesori dan busana serta berbagai sektor bisnis
yang sebagian besar dilakukan berdasar prinsip-prinsip kewirausahaan.
Dalam beberapa tahun terakhir,
ada perkembangan pola bisnis memungkinkan relawan PMI dan para pekerja
kemanusiaan lainnya melakukan peran ganda. Yakni kewirausahaan sosial (socialpreneurship)
yang merupakan perpaduan antara kewirausahaan dan kesejahteraan sosial. Paul C. Light memberi batasan tentang
kewirausahaan sosial adalah individu, kelompok, jaringan, organisasi atau
aliansi yang melakukan usaha (bisnis) dan berupaya mengatasi masalah sosial
mendasar dengan gagasan, pola dan pendekatan yang berbeda-beda.
Banyak sudah kegiatan
wirausaha sosial yang dilakukan oleh berbagai kalangan di seluruh dunia yang
meraih sukses. Steve Jobs, pendiri dan pemegang saham utama Apple Computer,
menginspirasi banyak orang dengan pesan-pesan yang humanis. Satu diantaranya
yang dikutip oleh Asosiasi Kewirausahaan
Sosial Indonesia adalah
" model
berbisnis saya adalah the Beatles. Mereka adalah empat orang yang menjaga
kecenderungan sifat-sifat negatif anggotanya tetap dalam posisi seimbang". Menjaga keseimbangan sifat-sifat
negatif untuk mendapatkan energi positif melalui karya-karya yang dapat
dinikmati banyak orang.
Inspirasi bisnis tanpa meninggalkan faktor sosial
yang mendasar seperti itulah yang mampu menepis anggapan bahwa seorang relawan
kemanusiaan tak akan mampu menjalankan bisnis dengan optimal. Menjaga
keseimbangan kepentingan sosial dan bisnis tidak hanya telah dibuktikanoleh Steve
Jobs. Di
Indonesia ada nama Sandiaga S Uno atau Rheinal Kasali dengan Rumah
Perubahan-nya. Atau Irma Suryanti bersama Mutiara Handicraft-nya mengangkat
kaum difabel dengan beragam produk kesed yang telah mendunia serta banyak lagi
orang, lembaga maupun asosiasi yang telah membuktikan bahwa pelaku bisnis
adalah manusia yang tidak kehilangan sisi kemanusiaannya.
Ketika googling saya tertarik dengan sebuah banner
bertuliskan Life
Blood Analisys yang dapat diterjemahkan secara bebas sebagai analisis darah yang dapat dilihat hasilnya secara
langsung oleh semua orang. Di dalam analisis ini ada berbagai komponen darah
yang diperiksa dan ditayangkan langsung dengan monitor televisi. Sementara itu,
cara sama yang sering terjadi di Indonesia adalah manual dalam bentuk angka
atau tampilan grafis hasil analisis darah di laboratorium klinis. Bagi para
ahli, kedua cara itu mungkin tak ada bedanya. Tapi tidak buat orang awam yang
ingin tahu lebih rinci tentang hal sama.
Dalam menjalankan tugas kemanusiaannya, relawan PMI
dibekali berbagai pengetahuan dan ketrampilan teknis. Selain pertolongan
pertama dan pelayanan ambulans, penanganan kebencanaan serta donor darah yang
telah banyak diketahui oleh masyarakat umum, ada juga pengetahuan yang lebih
teknis dan rinci untuk masing-masing ketrampilan tersebut. Khusus pengetahuan
dan ketrampilan yang berkait dengan donor darah, PMI juga menyediakan pelatihan
analisis komponen darah terutama dalam melayani pasien yang memerlukan
transfusi darah. Selain itu, pengetahuan dan ketrampilan teknis harus diperoleh
dari luar institusi PMI.
Berkaitan dengan banyaknya permintaan warga
masyarakat terhadap upaya pemeliharaan kesehatan melalui analisis (komponen)
darah secara langsung, beberapa relawan PMI yang bergabung dalam komunitas
sosial media Kampoeng Relawan (KR) berusaha memenuhinya dari sumber di luar institusi
PMI. Satu diantaranya adalah mengikuti sebuah perusahaan multilevel
marketing yang memiliki visi, misi dan tujuan searah. Sebagai langkah awal, beberapa warga KR yang
tergolong senior (TSR) dan memiliki pengalaman cukup, bergabung dengan jaringan
usaha tersebut.
Sepanjang perjalanan satu bulan terakhir, kami
berusaha menjaga keseimbangan antara kepentingan bisnis dan sosial melalui
kegiatan bertajuk "Pemeriksaan
Darah dan Konsultasi Kesehatan Gratis" dengan
metoda dan standar pekerjaan yang berlaku pada perusahaan tersebut melalui
tim-tim kecil yang beranggotakan 2 -3 orang. Setelah melewati tahap pelatihan
yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemeriksaan darah secara langsung dengan
sebuah mikroskop elektronik yang dihubungkan dengan layar monitor televisi.
Hasil pemeriksaan disajikan dalam bentuk visual yang dapat bersama oleh pasien,
pemeriksa maupun orang di sekitarnya. Kemudian ada penjelasan dan diskusi
interaktif. Dari hasil diskusi yang dicatat oleh petugas lain, pasien diberi
saran. Satu diantaranya adalah anjuran agar giat berdonor darah untuk menjaga
kesehatan secara umum dan kelancaran aliran darah dengan pola hidup sehat.
Proses bisnis akan terjadi bila pasien bersedia
menggunakan produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Tidak hanya satu,
tapi dapat berasal dari produk beberapa perusahaan. Dari transaksi itu, relawan
PMI memperoleh bonus jaringan yang nilainya bervariasi dari ribuan sampai
jutaan rupiah. Sebagian bonus tadi ditabung untuk investasi bisnis yang
mendukung pengembangan kewirausahaan sosial. Dengan kata lain, dua kepentingan
utama : bisnis dan sosial (kemanusiaan) tetap dapat berjalan dengan terus menerus
menjaga keseimbangannya. Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar