Rabu, 04 September 2013

Kewirausahaan Sosial ala Relawan PMI


Satu kekuatan utama Palang Merah Indonesia (PMI) ada di dalam kapasitas relawannya. Selaku manusia dewasa dan normal, relawan PMI yang bergabung dalam Korps Sukarela (KSR) maupun Tenaga Suka Rela (TSR) mereka memiliki keinginan hidup wajar secara sosial dan ekonomi. Jika ia atau mereka akan melakukan peran kerelawanan agar tetap optimal maka faktor kecukupan atas kebutuhan ekonomi harus dipastikan lebih dulu. Apalagi bagi relawan yang telah berkeluarga.

Memang ada asumsi atau jargon yang menyebut "relawan (PMI) tak pernah takut mati, tapi takut kelaparan". Asumsi yang wajar bagi pekerja kemanusiaan di lapangan yang senantiasa berhadapan dengan aneka suasana ekspresif dan impulsif (penderitaan, kesedihan, putus asa dan sebagainya). Karena itu, selain perlu kesiapan teknis dan mental, relawan PMI juga manusia biasa yang membutuhkan rasa aman dan nyaman. Selain aman dari rasa takut kelaparan, juga gelisah atas kelangsungan hidup anggota keluarganya. Bagaimana mungkin dapat bekerja optimal jika bayang-bayang gelisah tadi terus menggelantung ?

Untuk menjaga misi sosial organisasi PMI yang harus mengantar jasa kemanusiaan tanpa membedakan korban secara mandiri, netral dan sukarela di seluruh penjuru negeri dan dunia internasional, relawan PMI dibekali berbagai pengetahuan dan ketrampilan hidup (life skill) di lapangan. Tetapi, untuk memelihara kehidupan pribadi sebagai mahluk hidup dan sosial, PMI tidak secara khusus memberi bekal tersebut. Ketimpangan inilah yang coba diantisipasi oleh para relawan senior dengan beragam upaya pemberdayaan ekonomi secara mandiri di luar aktivitas utama ketika bertugas sebagai relawan. Ada yang membuka usaha (bisnis) penyediaan alat-alat pertolongan pertama, asesori dan busana serta berbagai sektor bisnis yang sebagian besar dilakukan berdasar prinsip-prinsip kewirausahaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada perkembangan pola bisnis memungkinkan relawan PMI dan para pekerja kemanusiaan lainnya melakukan peran ganda. Yakni kewirausahaan sosial (socialpreneurship) yang merupakan perpaduan antara kewirausahaan dan kesejahteraan sosial. Paul C. Light memberi batasan tentang kewirausahaan sosial adalah individu, kelompok, jaringan, organisasi atau aliansi yang melakukan usaha (bisnis) dan berupaya mengatasi masalah sosial mendasar dengan gagasan, pola dan pendekatan yang berbeda-beda.

Banyak sudah kegiatan wirausaha sosial yang dilakukan oleh berbagai kalangan di seluruh dunia yang meraih sukses. Steve Jobs, pendiri dan pemegang saham utama Apple Computer, menginspirasi banyak orang dengan pesan-pesan yang humanis. Satu diantaranya yang dikutip oleh Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia adalah " model berbisnis saya adalah the Beatles. Mereka adalah empat orang yang menjaga kecenderungan sifat-sifat negatif anggotanya tetap dalam posisi seimbang". Menjaga keseimbangan sifat-sifat negatif untuk mendapatkan energi positif melalui karya-karya yang dapat dinikmati banyak orang.

Inspirasi bisnis tanpa meninggalkan faktor sosial yang mendasar seperti itulah yang mampu menepis anggapan bahwa seorang relawan kemanusiaan tak akan mampu menjalankan bisnis dengan optimal. Menjaga keseimbangan kepentingan sosial dan bisnis tidak hanya telah dibuktikanoleh Steve Jobs. Di Indonesia ada nama Sandiaga S Uno atau Rheinal Kasali dengan Rumah Perubahan-nya. Atau Irma Suryanti bersama Mutiara Handicraft-nya mengangkat kaum difabel dengan beragam produk kesed yang telah mendunia serta banyak lagi orang, lembaga maupun asosiasi yang telah membuktikan bahwa pelaku bisnis adalah manusia yang tidak kehilangan sisi kemanusiaannya.

Ketika googling saya tertarik dengan sebuah banner bertuliskan Life Blood Analisys yang dapat diterjemahkan secara bebas sebagai analisis darah yang dapat dilihat hasilnya secara langsung oleh semua orang. Di dalam analisis ini ada berbagai komponen darah yang diperiksa dan ditayangkan langsung dengan monitor televisi. Sementara itu, cara sama yang sering terjadi di Indonesia adalah manual dalam bentuk angka atau tampilan grafis hasil analisis darah di laboratorium klinis. Bagi para ahli, kedua cara itu mungkin tak ada bedanya. Tapi tidak buat orang awam yang ingin tahu lebih rinci tentang hal sama.

Dalam menjalankan tugas kemanusiaannya, relawan PMI dibekali berbagai pengetahuan dan ketrampilan teknis. Selain pertolongan pertama dan pelayanan ambulans, penanganan kebencanaan serta donor darah yang telah banyak diketahui oleh masyarakat umum, ada juga pengetahuan yang lebih teknis dan rinci untuk masing-masing ketrampilan tersebut. Khusus pengetahuan dan ketrampilan yang berkait dengan donor darah, PMI juga menyediakan pelatihan analisis komponen darah terutama dalam melayani pasien yang memerlukan transfusi darah. Selain itu, pengetahuan dan ketrampilan teknis harus diperoleh dari luar institusi PMI.

Berkaitan dengan banyaknya permintaan warga masyarakat terhadap upaya pemeliharaan kesehatan melalui analisis (komponen) darah secara langsung, beberapa relawan PMI yang bergabung dalam komunitas sosial media Kampoeng Relawan (KR) berusaha memenuhinya dari sumber di luar institusi PMI. Satu diantaranya adalah mengikuti sebuah perusahaan multilevel marketing yang memiliki visi, misi dan tujuan searah. Sebagai langkah awal, beberapa warga KR yang tergolong senior (TSR) dan memiliki pengalaman cukup, bergabung dengan jaringan usaha tersebut.





Sepanjang perjalanan satu bulan terakhir, kami berusaha menjaga keseimbangan antara kepentingan bisnis dan sosial melalui kegiatan bertajuk "Pemeriksaan Darah dan Konsultasi Kesehatan Gratis" dengan metoda dan standar pekerjaan yang berlaku pada perusahaan tersebut melalui tim-tim kecil yang beranggotakan 2 -3 orang. Setelah melewati tahap pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemeriksaan darah secara langsung dengan sebuah mikroskop elektronik yang dihubungkan dengan layar monitor televisi. Hasil pemeriksaan disajikan dalam bentuk visual yang dapat bersama oleh pasien, pemeriksa maupun orang di sekitarnya. Kemudian ada penjelasan dan diskusi interaktif. Dari hasil diskusi yang dicatat oleh petugas lain, pasien diberi saran. Satu diantaranya adalah anjuran agar giat berdonor darah untuk menjaga kesehatan secara umum dan kelancaran aliran darah dengan pola hidup sehat.


Proses bisnis akan terjadi bila pasien bersedia menggunakan produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Tidak hanya satu, tapi dapat berasal dari produk beberapa perusahaan. Dari transaksi itu, relawan PMI memperoleh bonus jaringan yang nilainya bervariasi dari ribuan sampai jutaan rupiah. Sebagian bonus tadi ditabung untuk investasi bisnis yang mendukung pengembangan kewirausahaan sosial. Dengan kata lain, dua kepentingan utama : bisnis dan sosial (kemanusiaan) tetap dapat berjalan dengan terus menerus menjaga keseimbangannya. Semoga.

0 komentar:

Posting Komentar