Jumat, 25 Oktober 2013

Isi Buku Kenangan Monumen Pena - II

Monumen Pena ada di depan Gedung Pertemuan Prabasanti
Komplek GKJ Jl. Pemuda Kebumen

GAGASAN DAN PERISTIWA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, hari ini, di tengah suasana Bangsa Indonesia memperingati kepahlawanan arek-arek Soerobojo yang gagah berani dan pantang menyerah berjuang bahu membahu melawan tentara pendudukan Belanda yang membonceng Sekutu ingin kembali menjajah tanah air Indonesia.
Hari ini kita juga menjadi saksi sejarah berdirinya sebuah bangunan sederhana di depan asrama Markas Darurat Tentara Pelajar pada Front Barat dalam upaya ikut serta secara aktif menegakkan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, 17 Agustus 1945. Bangunan yang diberi nama Monumen Pena ini digagas oleh almarhumah Ibu Atiatoen Djadjoeli selaku Staf Putri Markas Pusat Pelajar (MPP) Yogyakarta yang diperbantukan menangani asrama, dapur umum dan kepalangmerahan Markas Darurat tersebut yang berdiri di Kompleks Gereja Kristen Jawa (GKJ) ini pada Perang Kemerdekaan I - 1947.
Gagasan yang dicetuskan seketika disela mengikuti upacara pemancangan bambu runcing pada makam anggota Tentara Pelajar atas nama Kartiko di Makam Kristen Desa Panjer, Kebumen, kemudian didukung oleh Agustinus Reksodihardjo yang merupakan putra kandung Pendeta GKJ saat itu, Bapak Reksodihardjo, anggota Tentara Pelajar Markas Kebumen di Kauman dan sahabat karib kakak kandung Atiatoen bernama Affandi yang lebih akrab dipanggil Pandi Gondhek (pelajar Sekolah Teknik dan anggota Tentara Genie Pelajar/TGP di Kebumen).
Semula, bangunan ini diberi nama Tetenger Patilasan Rumah Perjuangan pada Perang Kemerdekaan I – 1947 Tentara Pelajar Batalyon 300 Brigade XVII TNI . Dalam perjalanan mewujudkan gagasan itu, banyak terjadi hal sulit dan dilematis yang dialami oleh Panitia Pembangunan karena kendala formal dan khususnya finansial. Meski usulan telah disosialisasikan hampir setahun, upaya penggalangan dana tidak berjalan lancar. Sebagai wujud rasa tanggung jawab penggagas, Ibu Atiatoen sempat dua kali menitipkan SK pensiun selaku guru SD dengan golongan/pangkat III C.
Pada awal Maret 2003, sebuah upacara sederhana peletakan batu pertama tanda dimulai pembangunan oleh Ketua Paguyuban III-17 Rayon Kabupaten Kebumen, Bapak Umar Sukarno, BE. Bangunan ini memakai konstruksi cor dan selesai tahap pertama yaitu bentuk dasarnya sekitar tiga minggu. Sambil menunggu kering dan siap dilanjutkan, upaya menggali sumber-sumber dana terus dilakukan baik secara personal maupun melalui media. Dengan beragam kendala, akhir tahun 2009, bangunan ini telah dinyatakan selesai oleh penggagas. Tinggal menunggu peresmian yang direncanakan akan dilakukan pada September 2010 sesuai peristiwa yang melatar-belakanginya.
Rencana peresmian tersebut batal dilakukan karena sang penggagas, Ibu Atiatoen Djadjoeli wafat pada usia 80 tahun karena sakit yang telah lama diderita. Sebagai ahli waris, rencana almarhumah terus diupayakan secara mandiri maupun dengan memanfaatkan dana bantuan sosial dari Pemerintah Kabupaten Kebumen untuk Paguyuban Keluarga Besar Eks Tentara Pelajar di Kabupaten Kebumen (tertulis Brigade Ex Tentara Pelajar). 
Semoga segala upaya yang tidak tergolong mudah dan lancar ini dapat menjadi sebuah persembahan sederhana yang bernilai historis tinggi bagi para mantan anggota Tentara Pelajar yang pernah singgah di Markas Darurat dalam melakukan tugas mulia dan penuh semangat juang di medan laga Palagan Sidobunder sebagai lokasi pertempuran terbesar bagi para pelajar pejuang kemerdekaan tersebut.
Ucapan dan penghargaan tinggi kami sampaikan kepada keluarga almarhum Bapak Reksodihardjo yang telah menyediakan rumah dinas dan aula GKJ serta segala keperluan untuk  perjuangan menegakkan kemerdekaan Bangsa Indonesia ini.
Demikian juga kepada :

1.    Warga dan Majelis Gereja GKJ Kebumen yang telah mengijinkan sebagian tanah digunakan untuk membangun Monumen Pena.
2.    Para donatur, terutama almarhum Bapak Alex Rumambi yang menyempatkan diri dan menyerahkan dana langsung kepada almarhumah Ibu Atiatoen.
3.    Bapak Prof.Dr.drh. R.I.M. Djokowoerjo Sastradipradja serta Bapak Imam Soekotjo, pelaku dan penulis artikel tentang Palagan Sidobunder
4.    Semua pihak yang telah membantu.

Akhirnya, mengutip pepatah bijak ”tiada gading tak retak” , dengan segala kerendahan hati, atas nama Panitia dan pribadi, kami mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga bangunan sederhana ini senantiasa membawa manfaat.

Kebumen, 10 November 2013

Panitia Pembangunan
Monumen Pena

Sekretaris/
Pelaksana Teknis




Toto Karyanto, R;SE.


0 komentar:

Posting Komentar