Pasukan Tentara Pelajar |
Dari penjelasan sebelumnya kita telah tahu bahwa kepahlawanan
berkaitan erat dengan upaya membangun dan memelihara karakter komunitas, Bangsa
Indonesia. Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya yang kita peringati sebagai
momentum kepahlawanan nasional adalah upaya nyata dan bersungguh-sungguh dari
orang-orang, warga bangsa, yang memiliki keberanian diri untuk menegakkan
kebenaran secara ihlas. Kebenaran itu adalah nilai-nilai yang dikandung dalam
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dengan kata lain, pahlawan bagi Bangsa
Indonesia adalah orang-orang yang menonjol keberaniannya dalam memaknai
kemerdekaan bangsanya.
Dalam konteks kekinian, pendidikan adalah satu dari
berbagai masalah besar bagi Bangsa Indonesia untuk menggapai cita-cita
kemerdekaannya. Banyak praktisi dan tokoh pendidikan yang menonjol, tapi sangat
sedikit yang memiliki keberanian untuk menegakkan kebenaran tentang pendidikan
sebagai hak dasar warga negara dan bangsa Indonesia. Satu diantaranya adalah
alm. Prof. Kusnadi Hardjasumantri, mantan Rektor UGM Yogyakarta, yang
menggagas dan mengarahkan program Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM) untuk mengatasi
masalah kelangkaan tenaga mengajar tingkat sekolah menengah di berbagai daerah
selluruh wilayah tanah air. Gagasan dan upaya beliau kemudian diadopsi dan
menjadi inspirasi utama bagi mantan mahasiswanya yang kini menjadi tokoh kunci
dibalik Gerakan Indonesia Mengajar (https://indonesiamengajar.org/). Ribuan
sarjana dari berbagai fakultas dan jurusan disiapkan serta ditempatkan menjadi
tenaga pengajar pada daerah-daerah terpencil di seluruh wilayah tanah
air.
Pantaskah orang-orang seperti Pak
Kus, sebutan akrab Prof. Kusnadi, termasuk dalam kategori pahlawan nasional ? Secara
esensial sangat layak. Apalagi beliau adalah anggota Tentara Pelajar yang aktif
berjuang menegakkan Proklamasi Kemerdekaan di berbagai medan laga. Saya
merasakan sendiri keteguhan hati beliau saat berdialog dengan beberapa eks
Pelajar Pejuang Kemerdekaan ini yang aktif dalam dunia kependidikan semisal
Prof. Kunto Wibisono (UGM dan UNS), Imam Pratignyo (Universitas Pancasila
Jakarta) dan lain-lain di tahun 1986. Visi beliau tentang PTM sangat sederhana,
agar mahasiswa UGM yang akan memasuki fase
judicium berani melihat kenyataan di
lapangan terutama dalam menjalankan darma ke 3 : pengabdian kepada masyarakat secara
sungguh-sungguh.
Mengusulkan gelar pahlawan nasional
bagi seseorang memang ada tataran formalnya. Ada tahapan demi tahapan yang
harus dilalui sampai menjadi sebuah keputusan pemerintah selaku penyelenggara negara.
Suatu hal yang sangat wajar dalam proses penilaian layak atau tidaknya
seseorang menjadi atau mendapat gelar pahlawan nasional. Selain faktor-faktor
obyektif dari beragam bukti sejarah, faktor “ketokohan” yang bersangkutan juga
merupakan bahan pertimbangan penting. Di sisi inilah, sebagaimana pengetahuan
umum, kadangkala terjadi “permainan” antara pengusul dan penilai yang sering
ditengara sebagai UUD (ujung ujungnya duit) juga.
Sistem sosial yang berlaku saat ini
memang menguatkan dugaan tadi. Kasus Akil Muhtar adalah sebuah puncak kecil
dari fenomena gunung es perilaku koruptif dan manipulatif di lingkungan formal
penyelenggaraan negara. Kasus ini juga mencerminkan pertarungan diantara dua superbody yakni Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan Mahkamah Konstitusi (MK). Kedua lembaga maha daya ini yang
seharusnya bersifat ad hoc atau darurat, akhir-akhir ini justru cenderung akan menjadi
lembaga permanen. Ada apa denganmu
Indonesia ?
Pahlawan sejati tak pernah meminta
dipuji dan dihargai. Tapi, dalam kenyataan hidup, yang sejati (seperti atau
sehebat kayu jati) kian langka dan mahal harganya. Lebih banyak yang seperti
pohon jarak. Tunggak jarak mracak,
tunggak jati sepi. Inilah keprihatinan dan tantangan besar kita sebagai
bangsa merdeka dan beradab. Berharap dari proses dialektika dalam sistem politik
yang kian menjauh dari “roh” kemerdekaan dan peradaban sama artinya membiarkan
kehancuran Indonesia seperti gambaran cerita dalam film Titanic. Kaya, indah,
molek dan sejenisnya, tapi berakhir tragis : tenggelam di dasar samudera!!!
0 komentar:
Posting Komentar