Malam yang sangat mengesankan |
Meski
tidak dilakukan secara formal, seolah telah menjadi tradisi, masing-masing
pribadi mengambil dan melakukan peran yang mampu dilakukan sesuai kapasitasnya.
Pola kerja tim memang merupakan kebiasaan yang terjadi pada pekerjaan lapangan.
Relawan PMI yang memiliki kapasitas tertentu memberikan kontribusi tertentu
pula. Dari masing-masing kontributor kemudian diakumulasikan sebagai kekuatan
dalam melakukan aksi di lapangan.
Kesimpulan
awal tentang situasi aktual proses pembahasan #RUUKepalangmerahan yang dibuat
pada pertemuan 31 Oktober 2013 di Markas Jakarta Selatan kemudian
disosialisasikan kepada kalangan terbatas agar tidak kehilangan fokus dalam
satu forum diskusi (chatting) kelompok
di Kampoeng Relawan. Ada dua pemikiran besar yang berkembang. Pertama,
melakukan tekanan kepada Ketua DPR RI melalui pengiriman pesan singkat (sms)
dalam jumlah besar dan bergelombang sebagai pengingat (alert) bagi Dr. Marzuki Alie atas pernyataan yang disampaikan
kepada Relawan PMI di arena TKN V Malang akhir Juni 2013 yang lalu. Teknik yang
telah diperhitungkan sebagai schock
theraphy ternyata cukup efektif. Terbukti dari pernyataannya di depan para
relawan yang datang ke Gedung Nusantara II Lantai 11 pada Selasa, 3 Desember
2013. Dengan alasan memakai ponsel lama dan satu-satunya (?), alat itu jadi
nyangkut (hang) dan tak berfungsi
untuk sementara waktu. Bahkan dengan nada marah yang tertahan, dengan alasan sama
bahwa nomor ponsel miliknya juga digunakan secara umum untuk menampung aspirasi
seluruh warga masyarakat, maka diharapkan cara pengiriman pesan secara missal agar
tidak terjadi lagi.
Opsi
kedua adalah melakukan audiensi ke Panitia Khusus #RUUKepalangmerahan dengan
atau tanpa pendampingan dari Pengurus Pusat. Di sinilah kata kuncinya. Jika
Pengurus Pusat yang akan kami minta informasi perkembangan dan upaya-upaya yang
telah dilakukan bersedia mendampingi, maka kita berjalan bersama demi
organisasi. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya maka Relawan PMI akan bergerak
sendiri dengan segala risikonya. Opsi ini sebenarnya merupakan pilihan terbaik
karena akan mengembalikan kepercayaan relawan kepada pengurus selaku penanggung
jawab organisasi secara formal dan legal. Minimal menurut AD/ART PMI dan aturan
umum tentang penanggung jawab dalam suatu organisasi berbadan hukum.
Pada
opsi kedua, kami berbagi tugas dengan Pengurus PMI Kota Jakarta Selatan yangmenyatakan
dukungan penuh sejak diberitahu secara lisan dan dimintakan ijin menggunakan
fasilitas untuk pergerakan Relawan PMI melalui Andi Gumilar. Baik Ketua maupun
Sekretaris beberapa kali menyatakan hal itu kepada kami sewaktu bertemu
informal. Bahkan saya sering berseloroh dengan Bang Adnan, bahwa selama kami
tidak ”diusir”, Markas Jakarta Selatan merupakan rumah kedua. Yang pertama
tentu di rumah masing-masing.
Komitmen
Pengurus PMI Jakarta Selatan tidak hanya menyediakan fasilitas minimal seperti
kebanyakan pengurus di kabupaten/kota lain dalam kapasitas kunjungan relawan
luar daerah secara informal. Tapi maksimal, dari tempat (khususnya ruang rapat
pengurus, aula dan ruang KSR), kendaraan dan lain-lain. Bahkan kami sangat
sering dijamu makan pagi, siang maupun malam. Selain itu, semua orang baik
Pengurus, Staf, relawan dan orang-orang yang ada di Markas Jakarta Selatan
memperlakukan kami dengan sangat terhormat, ramah dan bersahabat. Suasana yang
dibangung persis di rumah atau kampung halaman sendiri.
Peran
Bang Adnan sangat beragam. Mulai dari wakil tuan rumah, komunikator bagi
jajaran pengurus di sekitar DKI Jakarta dan peserta audiensi dilakukan oleh
beliau dengan senang. Sejauh yang kami tahu, Bang Adnan selalu
mengkomunikasikan kehadiran kami kepada Bapak H.M. Muas selaku Pengurus PMI Pusat
Bidang Relawan. Upaya yang tidak sekali saja dilakukan. Jadi, lebih dari cukup
upaya kami untuk memberitahu dan tidak dimungkinkan mengundang baik informal,
apalagi secara formal. Bukan karena takut atau sungkan, tapi untuk menjaga
suasana gerakan tetap berlandaskan kemandirian dan kesukarelaan.
Perubahan
besar terjadi ketika Alvis Syamsi memberitahu kepada teman-teman yang telah
berkumpul di aula Markas Jakarta Selatan pada 22 November 2013 sekitar jam 8
malam. Pesan singkat yang ia kirim ke Pak Marzuki Alie tentang keinginan kami
bertemu beliau di DPR RI dijawab positif sesuai rencana yaitu tanggal 3
Desember 2013. Jawaban ini diteruskan ke ponsel Pak Muas yang dibalas dengan
pembicaraan. Intinya, Pengurus Pusat atau minimal beliau akan mendampingi
kunjungan Relawan PMI ke Ketua DPR RI untuk menanyakan kesanggupan beliau di
TKN V Malang 27 Juni 2013 yang lalu. Dari sini kami mulai mengatur caranya. Eko
Legok (Sleman) banyak memberi masukan penting malam itu selain Fitri, Seto,
Deni, Dodi, Alvis dan Andi. Sementara itu, Achy Setiadi (Bekasi) menyatakan
kesanggupan untuk menyediakan ”tanda khusus” bagi peserta aksi dalam jumlah
cukup. Aksi yang selanjutnya disebut ”konspirasi hati” tetap dipelihara sebagai
aksi murni Relawan PMI se Indonesia secara mandiri dan suka rela. Relawan di
wilayah Jabodetabek merupakan inti kekuatan dan didukung oleh perwakilan dari sejumlah
provinsi.
0 komentar:
Posting Komentar